Keputusan India untuk menghentikan export beras mengguncangkan pasar dunia. Kritis suplai pangan semakin dekati realita bersamaan pada harga yang akan membumbung.
Peraturan yang diterapkan untuk beras putih non-basmati dan memulai jalan pada Kamis (20/7/2023) itu diperuntukkan untuk mengontrol harga pangan yang lebih tinggi hingga inflasi bisa didesak.
Dikutip CNBC Indonesia, Jumat (21/7/2023), Kementerian Masalah Customer menjelaskan larangan itu akan menolong pastikan “tersedianya yang ideal” untuk beras putih non-basmati di India, dan “meredam naiknya harga di pasar lokal.”
India ialah pengekspor beras paling besar di dunia, meliputi lebih dari 40% perdagangan beras global, dan produsen paling besar ke-2 sesudah China. Akhirnya, penutupan keran export itu akan berpengaruh krusial pada pasar komoditas global.
Riset menjelaskan ke CNBC jika larangan minggu ini bisa membuat harga yang telah tinggi naik semakin tinggi , menambahkan dampak dari larangan export beras pecah yang diterapkan semenjak September.
“[Pasokan] beras global akan mengetat dengan mencolok… karena negara ini ialah produsen makanan dasar ke-2 paling besar di dunia,” kata Eve Barre, ekonom ASEAN di perusahaan asuransi credit perdagangan Coface.
Barre menjelaskan Bangladesh dan Nepal akan paling terpukul oleh larangan itu, karena ke-2 negara itu ialah arah export khusus.
Berdasar perkiraan firma analitis pertanian Gro Intelligence dalam laporan terkini yang dipublikasi awalnya, larangan itu bisa jadi memperburuk kerentanan pangan untuk beberapa negara yang tergantung pada beras.
“Arah paling atas untuk beras India termasuk Bangladesh, China, Benin, dan Nepal. Beberapa negara Afrika yang lain mengimpor beras India dengan jumlah besar,” tulis riset Gro Intelligence.
Menurut Kementerian Masalah Customer, beras putih non-basmati menyumbangkan sekitaran 25% export beras India.
Dalam pada itu, ekonom senior Bank DBS Radhika Rao memandang importir yang terserang imbas bisa berpindah ke penyuplai alternative di daerah itu, seperti Thailand dan Vietnam.
Harga Melesat?
Berkaitan harga, kekuatiran terjadi di pasar. Ini mempunyai potensi munculkan beberapa spekulan yang membuat harga semakin tidak konstan.
“Selainnya pengurangan suplai beras global, reaksi cemas dan pertaruhan di pasar beras global akan jadi memperburuk naiknya harga,” kata Barre dari Coface.
Harga telah melayang-layang di tingkat paling tinggi pada sebuah dasawarsa, beberapa karena suplai yang semakin lebih ketat karena mahalnya harga beberapa bijian dari Ukraina yang terusik karena perang.
Harga gandum naik minggu ini sesudah Rusia mengundurkan diri dari persetujuan beberapa bijian Laut Hitam. Adapun, kesepakatan itu berusaha untuk menghambat kritis pangan global dengan meluluskan Ukraina untuk selalu mengekspor.
“Inflasi beras sudah bertambah dari rerata 6% year-on-year tahun kemarin jadi nyaris 12% pada Juni 2023,” kata Rao DBS.
Factor Cuaca
Dikutip CNN International, hujan lebat pada bagian utara India sepanjang beberapa pekan terakhir sudah menghancurkan tanaman yang baru ditanamkan di negara sisi termasuk Punjab dan Haryana, dan banyak petani harus menanam kembali.
Sawah di negara sisi utara sudah tergenang lebih dari satu minggu, merusak bibit yang baru ditanamkan, dan memaksakan petani menanti air kering supaya mereka bisa menanam kembali.
Di beberapa negara pemroduksi padi khusus yang lain, petani sudah mempersiapkan pembibitan padi, tapi tidak bisa mengalihkan bibit karena curahan hujan yang tidak mencukupi.
Tempat penanaman padi diharap bertambah sesudah New Delhi meningkatkan harga pembelian beras, tapi petani selama ini sudah menanam padi di tempat yang 6% lebih kecil dari 2022.
Minggu ini, harga beras yang di-export dari Vietnam, pengekspor paling besar ke-3 dunia sesudah India dan Thailand, naik ke tingkat paling tinggi dalam lebih satu dasawarsa karena bertambahnya kekuatiran suplai karena El Nino.
Beras pecah 5% Vietnam dijajakan harga US$ 515 sampai US$ 525 per metrik ton, paling tinggi semenjak 2011.
Varietas parboiled pecah 5% India membumbung dekati harga paling tinggi 5 tahun sebesar US$ 421 sampai US$ 428 per metrik ton