XL Axiata Tertarik Turut Lelang Frekwensi 700 MHz dan lain-lain untuk Gelar 5G, Tetapi…
MGO303, Jakarta – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) tengah menyiapkan lelang frekwensi 700 MHz sesudah diakhirinya Analog Switch Off (ASO).
Nanti spektrum frekwensi 700 MHz ini akan digunakan untuk meluaskan konektivitas 5G di Indonesia.
Bukan itu saja, Menkominfo Budi Arie Setiadi ungkap jika spektrum lain seperti 26 GHz disiapkan untuk dilelang.
Operator mobile juga telah menanti-nanti ada spektrum frekwensi baru untuk melangsungkan dan meluaskan service 5G mereka.
XL Axiata akui tertarik sama ada spektrum baru, pasalnya antara operator besar lain, XL claim jika lebar pita frekwensi yang dipunyainya sedikitnya.
“Spektrum adalah asset terpenting untuk operator. Apalagi buat XL yang spektrumnya sedikitnya dibandingkan operator lain. Sesudah merger Indosat dan Hutchison, itu (IOH) spektrumnya 40 % lebih banyak dari kami,” kata Direktur sekalian Chief Technology Officer XL Axiata I Besar Darmayusa saat dijumpai di Pamekasan, Madura, kemarin.
Besar MGO55 mengaku, kebatasan pita frekwensi yang dipunyai jadi masalah perusahaan dalam pengembangan jaringan, khususnya 5G.
“Maka jika ada lelang spektrum baru, kita tentu. Apalagi jika lelang ada 700 Mhz, 2.6 GHz, dan 3.5 GHz,” kata Besar.
Dia menyebutkan, XL Axiata tertarik meng ikuti lelang frekwensi 700 Mhz karena memandang jika itu adalah spektrum yang baik sekali dalam soal coverage.
“Jika 700 untuk coverage. 700 Mhz penting untuk yang akan datang karena ini salah satunya spektrum yang terkenal digunakan di industri,” katanya.
Operator dan Kominfo Berunding Formulakan Besaran Harga BHP Frekwensi
Meskipun operator yang rekat dengan warna biru ini ingin dapat meng ikuti lelang frekwensi 700 Mhz, sekarang ini perhitungan masalah ongkos gunakan spektrum (BHP frekwensi) tengah berjalan.
Pasalnya baru saja ini operator beramai-ramai minta pemerintahan untuk menggunakan formula penghitungan baru untuk BHP frekwensi. Ini karena regulatory biaya, dalam masalah ini BHP frekwensi supaya operator dapat menggunakan sebuah pita frekwensi tertentu dipandang memperberat operator.
Besaran Regulatory Biaya yang Bagus Untuk Operator
Besar menerangkan jika regulatory biaya yang bagus akan menolong kelangsungan industri telko di mana saja. Dia juga menyebutkan, regulatory biaya yang bisa memberikan dukungan industri berkembang normalnya ialah di bawah 10 % dari penghasilan perusahaan.
“Jika (regulatory biaya, dalam masalah ini BHP frekwensi) di atas 10 %, telah terlampau berat. Ini ujungnya harga tidak dapat turun atau kemampuan lingkup jaringannya tidak optimal, karena modal perusahaan habis untuk spektrum,” kata Besar.
Dia menerangkan, sekarang ini tingkat regulatory biaya untuk operator di Indonesia juga di antara 13-15 %.
Mengharap BHP Frekwensi Lebih Dapat dijangkau Buat Operator
“Pikirkan jika dapat di-cut sampai di bawah 10 %, operator menjadi mempunyai kemampuan untuk membuat jaringan. Ini sedang kami kalkulasi bersama Kominfo,” dia menerangkan.
Dia mengharap mudah-mudahan pendefinisian BHP frekwensi dapat semakin dapat dijangkau, hingga operator mobile, dalam masalah ini XL Axiata dapat punyai hak gunakan atas spektrum dan dapat sekalian melakukan investasi di tehnologi untuk meluaskan jaringan.
Besar menerangkan, karena spektrum 700 Mhz ialah spektrum yang baru di Indonesia (untuk digunakan di industri telko), agar dapat melangsungkan jaringan di atas spektrum itu, XL atau operator lain perlu beli piranti radio baru.
“Ini investasi, menjadi janganlah sampai operator dapat membeli spektrum tapi tidak dapat beli piranti. Ini PR bersama di antara operator dan Kominfo untuk tentukan,” ucapnya.
Bila Lelang Gunakan Formula BHP Frekwensi Lama, Operator Dapat Tidak untung
Menurut Besar MGO777 , bila penghitungan harga BHP frekwensi tetap dengan sistem sekarang ini, contohnya pada harga unit ritel untuk 10 MHz, jumlah yang dibayar akan mahal.
Bila pemerintahan selanjutnya melelang frekwensi 3.5 GHz yang mempunyai pita dengan lebar 200 MHz dan 2.6 GHz yang mempunyai lebar 190 MHz untuk 5G, Besar menyebutkan banyaknya benar-benar berat dibayar operator.
“Dapat dipikirkan berapakah harga spektrum 5G mendatang (bila pemerintahan tetap memakai penghitungan harga yang lalu), pemerintahan tetap terus konsultasi, baru mereka akan lakukan lelang,” katanya.
Besar menyebutkan, bila dengan penghitungan lama dan besaran lebar pita frekwensi 2.6 dan 3.5 GHz yang demikian lebar, operator mungkin dapat mempunyai hak gunakan spektrum tapi tidak punyai cukup modal untuk investasi.
Apalagi, untuk perusahaan, setiap investasi yang dikeluarkan harus lagi dalam bentuk penghasilan.